3x
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ
إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ
اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
dakwatuna.com –
Segala puji untuk Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada kita
sekali lagi untuk menikmati ibadah shalat Idul Adha setelah kita
berpuasa Arafah hari kemarin. Kenikmatan ibadah amat dirasakan oleh
sekitar 3-4 juta umat Islam dari seluruh dunia yang tengah menyelesaikan
tahap akhir ibadah haji di tanah suci. Kita doakan semoga jamaah haji
kita meraih mabrur, sehat dan bisa kembali ke Tanah air masing-masing
dengan warna keislaman yang menyeluruh dan memiliki semangat perjuangan
menegakkan ajaran Islam setelah berada di tempat bersejarah dari tumbuh
dan berkembangnya Islam.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
penerusnya hingga hari akhir nanti.
Takbir, tahlil dan tahmid
kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai
saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah
suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Bersamaan
dengan ibadah mereka di sana, di sini kitapun melaksanakan ibadah yang
terkait dengan ibadah mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang
terkait dengan ibadah haji yaitu
puasa
hari Arafah yang bersamaan dengan wuquf di Arafah, pemotongan hewan
qurban setelah shalat idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan
tahmid selama hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Dalam
kehidupan ini, ada banyak sekali prinsip-prinsip hidup yang harus kita
jalani dan kita pegang teguh. Belajar dari kehidupan Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya, pada kesempatan ini paling tidak, ada empat prinsip hidup
yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita, baik secara pribadi,
keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
Pertama,
berdoa. Salah satu yang amat penting untuk kita lakukan dalam hidup ini
adalah berdoa kepada Allah SWT. Doa bukan hanya menunjukkan kita
merendahkan diri kepada Allah, tapi memang kita merasa betul-betul
memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena Allah adalah
segala-galanya, sedangkan kita amat memerlukan dan tergantung
kepada-Nya. Di antara doa Nabi Ibrahim AS adalah agar negeri yang
ditempati diri dan keluarganya dalam keadaan aman . Allah SWT berfirman
menceritakan doa Nabi Ibrahim as:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
(Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku
daripada menyembah berhala-berhala. (QS Ibrahim [14]:35).
Selain
itu, Nabi Ibrahim juga berdoa agar selain aman, negeri ini juga
diberikan rizki yang cukup, doa yang dimaksud dikemukakan Allah SWT:
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ
أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah
rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka
kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah [2]:126)
Berdoa
kepada Allah SWT adalah untuk kepentingan bersama, termasuk mereka yang
tidak beriman sekalipun, karenanya Allah SWT menegaskan kepada Nabi
Ibrahim as:
قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Allah
berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara,
kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk
tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah [2]:126)
Dalam konteks
kehidupan negara kita yang mengalami krisis, maka sudah seharusnya kita
berdoa untuk kebaikan negeri kita agar menjadi negeri yang aman sentosa
dan para pemimpin kita diberi petunjuk dan mau menerima petunjuk jalan
hidup yang benar agar bisa melaksanakan tugas kepemimpinan dengan benar.
Doa
yang amat penting dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim adalah agar diri dan
keturunannya terhindar dari kemusyrikan, yakni menuhankan dan
mengagungkan selain Allah SWT. Menurut Sayyid Quthb
dalam tafsirnya: “Doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari
nikmat-nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai
kegelapan dan kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid
kepada Allah SWT.” Karena itu, iman atau tauhid merupakan nikmat
terbesar yang Allah SWT berikan kepada kita semua sehingga iman
merupakan sesuatu yang amat prinsip dalam Islam, dengan iman yang kokoh
kita memiliki kemerdekaan jiwa dalam arti tidak terbelenggu oleh apapun
dan siapapun juga kecuali kepada Allah SWT.
Iman juga membuat kita
memiliki kekuatan jiwa sehingga ketiga hidup senang kita tidak lupa
diri dan ketika susah kita tidak putus asa, sesulit apapun keadaannya.
Dan dengan iman membuat kita memiliki ketenangan jiwa karena kita yakin
bahwa pasti ada jalan keluar dari problematika hidup.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Prinsip hidup Kedua
adalah memiliki semangat berusaha sehingga mau berusaha semaksimal
mungkin. Hal ini karena sesulit apapun keadaan, peluang mendapatkan
sesuatu tetap terbuka lebar. Siti Hajar telah membuktikan kepada kita
betapa ia berusaha mencari rizki meski berada di daerah yang saat itu
belum ada kehidupan, inilah yang dalam ibadah haji dan umrah
dilambangkan dengan sai yang artinya usaha. Karena itu, ketika kita
sudah berdoa, jangan sampai kita mengkhianati doa kita sendiri. Berdoa
minta ilmu tapi tidak mau belajar, berdoa minta anak shalih tapi tidak
mencontohkan keshalihan dan tidak mendidik mereka, berdoa minta sehat
tapi mengonsumsi sesuatu yang mendatangkan penyakit, berdoa minta rizki
tapi tidak mau berusaha meraih yang halal, begitulah seterusnya. Ini
yang kita maksud dengan mengkhianati doa sendiri.
Kadang ada orang
salah paham, dia tidak mau berusaha karena katanya “rizki kan di tangan
Tuhan.” Kalimat itu tidak salah, yang banyak orang salah adalah
memahaminya; seolah-olah rizki itu akan kita dapat secara otomatis,
mereka berkata: “sekalipun usaha, kalau bukan rizki kita tetap saja
tidak dapat.” Padahal Allah SWT memang sudah menyediakan rizki buat
kita, bahkan tidak ada makhluk di muka bumi ini, kecuali sudah ada
rizkinya. Karena sudah ada dan disediakan, maka kita tinggal
mengambilnya, bukan berpangku tangan. Kambing itu bisa menjadi rizki
kita, tapi kitapun harus berusaha dengan menyembelihnya secara benar,
membersihkannya, memasaknya untuk selanjutnya memakannya, baru jadi
rizki kita. Apa yang sudah di depan mata, kita masih harus berusaha agar
menjadi rizki kita, apalagi rizki yang Allah sediakan di laut, di
gunung hingga di pulau lain dan di belahan bumi yang lain.
Siti
Hajar telah mencontohkan kepada kita bahwa meskipun ia berbaik sangka
kepada Allah SWT Yang Maha Pemberi Rizki, tapi ia tetap berusaha untuk
mencari rizki, namun ketika mencari rizki, perhatian dan tanggung jawab
utama kepada pendidikan anak tetap dilaksanakan hingga Ismail menjadi
anak yang shalih dan selalu menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada
Allah SWT dan orang tuanya. Bangunan berupa pilar setengah lingkaran di
dekat Ka’bah merupakan monumen bersejarah yang disebut dengan hijr Ismail (pangkuan Ismail), di situlah dulu Ismail diasuh oleh ibunya.
Karena
itu, berjalan dalam rangka berusaha mencari rizki secara halal untuk
bisa menafkahi diri dan keluarga termasuk berada di jalan Allah SWT,
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ
الْعَبْدَ الْمُحْتَرِفَ، وَمَنْ كَدَّ عَلَى عِيَالِهِ كَانَ
كَاالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Sesungguhnya
Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil. Barang siapa yang
bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan
seorang mujahid di jalan Allah azza wa jalla (HR. Ahmad).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dirahmati Allah.
Prinsip hidup Ketiga
yang harus kita wujudkan sebagaimana telah dimiliki oleh Nabi Ibrahim
AS dan keluarganya adalah memiliki hati yang bersih dan tajam. Seperti
halnya badan dan benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun
kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada
sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai
dosa, padahal dosa seharusnya dibenci. Oleh karena itu, bila dosa kita
sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat
sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah SAW bersabda:
التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).
Hati
yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap
dosa, karena dosa adalah kekotoran yang sangat merusak jiwa. Karena itu,
Nabi Ibrahim AS sampai berdoa agar jangan sampai hatinya kotor, karena
hal itu hanya akan membuatnya menjadi terhina, apalagi pada hari
kiamat:
وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ. يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ. إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dan
janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di
hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy Syu’araa [26]:87-89).
Setelah
hati bersih, maka hatipun menjadi tajam sehingga orang yang hatinya
tajam amat mudah membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang diperintah dan mana yang dilarang. Karena itu, Nabi Ibrahim AS dan
anaknya Nabi Ismail cepat paham dan nyambung terhadap perintah Allah SWT
untuk menyembelih Ismail meskipun hanya dengan isyarat mimpi. Dalam
kehidupan sekarang, banyak orang yang hatinya tumpul karena sudah
berkarat dengan dosa, sehingga jangankan bahasa isyarat, bahasa yang
terang, jelas dan tegas saja bahwa hal itu diperintah atau dilarang
tetap saja tidak paham atau tidak mau dipahami.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Berbahagia.
Keempat
yang merupakan prinsip hidup yang kita ambil dari Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya adalah Tidak Menyombongkan diri atas kebaikan yang
dilakukannya. Dalam kehidupan manusia, banyak orang baik merasa paling
baik, bahkan merasa sebagai satu-satunya orang atau kelompok yang baik.
Begitu pula ada orang yang berusaha menjadi orang yang benar tapi merasa
sebagai orang yang paling benar atau satu-satunya yang benar. Ini
merupakan kesombongan atas kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya.
Sikap seperti ini merupakan sesuatu yang tidak baik sekaligus
menunjukkan bahwa dia orang yang tidak memahami sejarah. Karena itu,
Nabi Ismail AS menegaskan kepada ayahnya Nabi Ibrahim AS ketika
diceritakan mimpi ayahnya dengan mengatakan:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ
أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS
Ash Shaffat [37]:102).
Apa yang dikemukakan Nabi Ismail AS
menunjukkan ia seorang remaja dengan kepribadian yang matang. Ia
langsung menangkap perintah Allah SWT dari cerita mimpi ayahnya, bahkan
ia siap melaksanakannya dengan segala konsekuensinya. Yang amat
mengagumkan adalah ia mengatakan insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar. Itu artinya ia memang siap menunjukkan
kesabaran, tapi ia tidak mengklaim sebagai anak yang paling sabar
apalagi mengklaim sebagai satu-satunya orang yang sabar, karena ia tahu
bahwa dahulu banyak orang yang sabar, bahkan mereka jauh lebih sabar
dari dirinya. Ini berarti, Ismail bukan hanya punya pemahaman sejarah
bahwa dulu banyak orang yang sabar, tapi juga begitu tawadhu atau rendah
hati dengan mengatakan termasuk orang yang sabar.
Karena itu,
ibadah haji yang sedang dilaksanakan oleh kaum muslimin dari seluruh
dunia mengisyaratkan bahwa kita tidak pantas berlaku sombong, termasuk
sombong atas kebaikan yang kita lakukan, ini diisyaratkan dengan pakaian
ihram yang dikenakan, kain yang sama ketika dikenakan saat membungkus
tubuh kita menjelang dikuburkan.
Demikian khutbah Idul Adha kita
pada hari ini, semoga menjadi poin-poin penting dalam upaya memperbaiki
kualitas hidup kita masing-masing, baik sebagai pribadi, anggota
keluarga maupun masyarakat dan bangsa. Akhirnya marilah kita sudahi
ibadah shalat Id kita pagi ini dengan sama-sama berdoa:
اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ
خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ
وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ
خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah
kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan.
Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi
ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang
zhalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا
دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ
الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا
مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah,
perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi
urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup
kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami.
Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap
kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari
segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ
خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ
مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ
عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ
مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ
مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا
وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya
Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi
antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan
kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula
keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia
ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran,
penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia
warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam
urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami
terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami
orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum
muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup
maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar,
Dekat dan Mengabulkan doa.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
Ya
Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang
diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami
kerugian
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya
Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia,
kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.